Mengejar Burung Endemik Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu

Mengejar Burung Endemik Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu

Mengejar Burung Endemik Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu – Lapangan kecil serta pegunungan di Halaman Nasional Lore Lindu terdapat di Sulawesi Tengah, mempunyai ketinggian 600 mdpl. Halaman Nasional ini ialah salah satu posisi sasaran para pengamat burung serta juru foto binatang buas buat mencermati serta memfoto tipe burung endemik sulawesi. Tidak hanya bisa mendapati burung- burung yang biasa ditemukan di sulawesi, halaman nasional ini pula menyuguhkan burung- burung gunung, yang hidup di ketinggian khusus.

Mengejar Burung Endemik Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu

Mengejar Burung Endemik Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu

scricciolo – Semenjak tahun 2016 kemudian aku telah merancang buat berangkat ke Halaman Nasional Lore Lindu. 2 orang kawan aku, Dadang Dwi Putra serta Maliq angkatan laut(AL) Walid mengusulkan posisi ini buat memfoto burung endemik sulawesi yang bisa jadi lumayan susah ditemui di sulawesi bagian lain. Salah satu burung harapan aku, ialah Cirik- cirik Sulawesi( Meropogon forsteni) tuturnya lumayan gampang buat ditemui di tempat ini. Sehabis sukses bertamu Dadang yang terletak di Martil pada dini 2017, aku memperoleh data buat dapat bertemu dengan burung harapan itu.“ Durasi yang sempurna buat memandang Cirik- cirik Sulawesi merupakan Juli sampai September, sebab di era seperti itu rentang waktu mereka berkandang”, ucap Dadang.

Baca juga : Daftar 10 Burung Dengan Bulu Tercantik Di Dunia

Kesimpulannya konsep buat ke posisi ini dapat aku jalani. Bersama dengan sahabat dari Jakarta serta Malaysia, aku dapat melaksanakan observasi ke TN Lore Lindu. Bersama dengan Daniel Arif Berakal, Bambang MS Dea, Dorris Friady, Fahmi Setiawan, Ming Lee Loh serta ditemani kedua kawan aku, kita melaksanakan observasi dari bertepatan pada 11 sampai 14 Agustus 2017.

Kita pergi pada bertepatan pada 11 Agustus pada malam hari, serta terkumpul di lapangan terbang Martil dekat jam 1 dinihari pada bertepatan pada 12 Agustus nya. 2 jam ekspedisi yang wajib kita tempuh dari Lapangan terbang Martil mengarah ke TN Lore Lindu. Jam telah membuktikan jam 4 pagi, kala kita menyudahi buat mampir di rumah masyarakat. Lumayan letih ekspedisi yang kita lalui alhasil kita istirahat sejenak sampai kita tersadar jam 6: 30 Waktu indonesia tengah(WITA). Ekspedisi kita lanjutkan ke Telaga Tambing yang cuma berjarak 30 menit dari rumah masyarakat itu. Kedua kawan aku mendirikan kamp di camping ground di Telaga Tambing, sebaliknya kita telah tidak adem buat menghasilkan kamera serta mencermati burung. Orang belia Sikatan Bego( Ficedula hyperythra) merupakan burung awal yang kita gambar. Orang belia itu main dengan bebas sembari mencari makan, cuma berjarak 5m dari kamp yang lagi dipasang. Tidak lama setelah itu kita mendapati Kipasan Sulawesi( Rhipidura teysmanni), Cikarak Sulawesi( Myza celebensis), Sikatan Bercak( Ficedula westermanni), Elang Sulawesi( Nisaetus lanceolatus) yang lagi soaring, serta Kekep Babi( Artamus leucorhynchus).

Sasaran burung lain aku ialah Jalak Alis- api( Enodes erythrophris), burung yang amat menawan serta cuma berjarak 100m dari kamp kita sukses aku amati. Dikala kita mau kembali ke kamp, aku memandang seekor burung berhulu biru lagi bungkam di suatu tumbuhan. Burung itu merupakan Sikatan Jidat Biru( Cyornis hoevelli). Burung yang menawan ini hening sekali bungkam hinggap. Sehabis kita puas buat memotretnya, kita berangkat mengarah kamp buat menyiapkan diri buat mencari gambar serta mencermati burung.“ Ahh…dua jam kita di Telaga Tambing telah 8 tipe yang kita amati.. sangat bagus sekali awal trip kita”, hati aku.

Jam membuktikan 9: 30 Waktu indonesia tengah(WITA) serta kita mengawali hunting dengan menapaki jalan Anaso. Sasaran aku berikutnya merupakan Taktarau Belis( Eurostopodus argus), yang bagi Dadang serta Maliq bisa ditemukan di zona helipad di jalan mengarah Anaso. Jalan yang kita lalui sejauh 2. 6km, menaiki serta lumayan curam dengan bebatuan, tanah serta pasir. Tetapi ekspedisi ini proporsional dengan yang kita bisa. Sejauh jalan kita bertemu dengan sebagian burung yang lain, semacam Sikatan Pulau( Eumyias panayensis), Sikatan Matari( Culicicapa helianthea), Malia Sulawesi( Malia grata), Kadalan Sulawesi( Phaenicophaeus calyorhynchus), serta sejodoh Cirik- cirik Sulawesi( Meropogon forsteni), burung harapan aku. Tetapi cinta, posisi Cirik- cirik Sulawesi lumayan besar serta backlight, alhasil kita tidak memperoleh gambar yang baik. Sehabis kurang lebih berjalan 2. 5jam, kita datang di zona yang bernama helipad dengan ketinggian 2011 mdpl serta menciptakan sasaran aku, sejodoh Taktarau Belis( Eurostopodus diabolicus). Tipe ini lagi bercokol hening di tanah, seakan menyongsong kita buat difoto. Burung nokturnal yang amat istimewa, sebab hendak berikan reaksi semacam ular, mendesis serta membuka luas mulutnya bila merasa rawan. Sehabis kita puas serta lumayan istirahat, kita kembali ke kamp serta meneruskan birding di zona telaga Tambing.

Baca juga : Mengenal Burung Enggang Yang Dikeramatkan Suku Dayak

Di pagi hari selanjutnya, kita menapaki jalur aspal di TN Lore Lindu. Di sejauh kanan serta kiri jalur aspal itu yang ialah hutan, kita mengalami bermacam tipe burung, semacam Walik Telinga Merah( Ptilinopus fischeri) yang lagi berkandang, Uncal Ambon( Macropygia amboinensis), Walet Lembu( Collocalia esculenta), Anis Sulawesi( Cataponera turdoides), serta Pelanduk Sulawesi( Trichastoma celebense). Siang harinya kita berupaya mencari Cirik- cirik Sulawesi( Meropogon forsteni) di posisi yang jadi petarangan pada tahun kemudian, serta kita sukses berjumpa 3 akhir. Sayangnya, burung itu jauh sekali, alhasil kurang baik hasil gambar nya. Kita bernazar hendak berupaya kembali di petang hari.

Siang hari kita istirahat sembari menikmati makan siang kita di Desa Wuasa. Dikala istirahat kita luang mencermati Elang Ular Sulawesi( Spilornis rufipectus), Sikep Madu Sulawesi( Pernis celebensis) serta Julang Sulawesi( Rhyticeros cassidix). Serta disore harinya kita kembali ke posisi Cirik- cirik Sulawesi( Meropogon forsteni). Ketabahan itu menghasilkan hasil, sehabis menunggu dekat satu jam kesimpulannya kita memperoleh peluang buat memfoto Cirik- cirik Sulawesi dengan jarak yang dekat. Sejodoh burung itu bungkam hinggap dekat 30 detik di suatu cabang yang tidak sangat jauh dari kita. Thanks God…akhirnya aku dapat bertemu serta memfoto burung menawan ini.

Sehabis hari hitam serta saat sebelum kembali ke kamp, kita mencari burung nokturnal endemik sulawesi Cinnabar boobook( Ninox ios). Serta tanpa kesusahan, burung itu bisa kita jumpai. Sehabis kita sukses mendokumentasikan burung itu kita kembali ke kamp. Sehabis seluruh terlelap, cuma aku serta Fahmi yang sedang menikmati dinginnya hawa di telaga Tambing. Kabur terdengar suara burung nokturnal yang lain, ialah Punggok bintik( Ninox punctulata) yang tidak jauh dari tempat kita bersandar. Berbekal senter, kamera serta tripod, kita sukses mendokumentasikan burung itu, dengan jarak yang lumayan dekat serta tidak sangat besar. Aahh…malam yang luar lazim untuk aku.

Keesokan harinya kita menyiapkan kepulangan kita. Saat sebelum kembali, kita sedang bisa mendapati Kepudang Sungu Biru( Coracina temminckii) serta Ceret Coklat( Bradypterus castaneus). Siang jam 11 kita meninggalkan Telaga Tambing mengarah Martil buat melambung kembali ke rumah kita tiap- tiap. Durasi yang lumayan pendek buat melaksanakan observasi di Halaman Nasional Lore Lindu. Namun aku berlega hati, sepanjang melaksanakan observasi itu cuaca baik, alhasil aku sukses memjumpai banyak burung endemik Sulawesi. Tidak adem rasanya mau kembali ke Halaman Nasional Lore Lindu.